Jumat, 27 Juli 2012

Makam-makam Tua di Barus, Tapanuli Tengah


10 Juli 2012
study tour anak UGN prody sejarah ke Barus

MAKAM PAPAN TINGGI


Kota Barus terletak di pantai barat pulau Sumatera, sekitar 60 km disebelah utara kota Sibolga, berada di sebelah selatan Kecamatan Singkil, Aceh Selatan. Barus dapat dicapai dengan  menggunakan pesawat udara dari Medan ke Sibolga selama 30 menit dan dilanjutkan dengan perjalanan darat dari Sibolga selama 2 jam lagi menuju Barus. Atau bisa juga melalui perjalanan darat dengan minibus travel dari kota Medan, ke Barus selama 9 jam. Sedangkan jarak dari kota padangsidimpuan ke sibolga 2 jam dan di lanjut kan lagi dari kota sibolga ke barus 2 jam lagi jadi jarak tempuh dari kota padangsidimpuan ke barus ± 4 jam.

Kota Barus dan Samudera Indonesia dilihat dari Kompleks Makam Papan Tinggi

MAKAM PAPAN TINGGI






Jalan menuju Makam Papan Tinggi


Pemakaman tua pertama yang konon dianggap paling tua berada di sebuah bukit hijau nan terpencil. Makam ini berlatar belakang panorama kota Barus dan Samudra Indonesia di sisi barat, berada diatas ketinggian 153 meter diatas permukaan laut. Badan bukit menuju makam cukup terjal, memiliki kemiringan hingga 45 derajat, cukup sulit untuk didaki. Bantuan lebih dari seribu anak tangga sepanjang 225 meter tidak mampu mengurangi rasa lelah peziarah untuk mencapai puncaknya.

Tangga Menuju Makam Papan Tinggi


Masyarakat Barus menyebutnya Makam Papan Tenggi. Dalam bahasa Indonesia diartikan Makam Papan Tinggi. Dahulu, bukit ini merupakan daerah pengambilan kayu oleh masyarakat yang akan dijadikan bilah-bilah papan. Sejak hadirnya sebuah pemakaman, maka tempat ini dinamakan Makam Papan Tinggi.
Lokasi Makam Papan Tinggi berada di sebuah bukit yang terletak di sisi timur Jalan Raya Barus – Manduamas. Secara administratif makam ini berada di dusun Lobu Tua, Kecamatan Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Makam Papan Tinggi merupakan kompleks pemakaman tua Islam seorang tokoh penyebar agama Islam pertama di Sumatera Utara. Pada kompleks Makam Papan Tinggi terdapat makam istimewa yang memiliki panjang 9 meter, dengan nisan setinggi 1,5 meter. Di sekeliling makam panjang terdapat beberapa makam sederhana dimana nisan makam berupa batu yang ditegakkan tanpa adanya tanda sama sekali. Makam Papan Tinggi diperkirakan didirikan ada tahun 1239 M berdasarkan tulisan yang tertera pada pilar di dekat makam panjang. Kompleks makam dikelilingi pagar dan dinaungi pohon besar. Dahulu, di depan pagar tertanam guci keramat yang mengaliri air tanpa henti meski pada musim kemarau. Kini hanya tinggal berupa lubang tanah berbentuk kotak sedalam 20 sentimeter.

Makam Syekh Mahmud di Makam Papan Tinggi


Sejarahwan kota Barus, Djamaluddin Batubara mengatakan, tokoh utama yang dimakamkan di Makam Papan Tinggi adalah Sykeh Mahmud, penyebar agama Islam yang berasal dari Hadramaut, Yaman. Makam beliau berupa makam panjang, dengan batu nisan putih setinggi 1,5 meter berukir aksara Persia dan Arab kuno.
Belum diketahui secara pasti tahun kedatangan Syekh Mahmud ke tanah Barus. Namun melihat corak nisan makam dan jenis kaligrafi yang tertulis, serta unsur arkeologis lainnya, diperkirakan Syekh Mahmud telah hadir di Barus sejak abad ke-9 Masehi.
Mengenai kota Barus sendiri, dahulunya merupakan kota pelabuhan terbesar yang pernah ada di nusantara, jauh sebelum adanya Bandar Malaka dan Samudera Pasai di tanah rencong. Barus mengokohkan dirinya sebagai penghasil kapur barus (kamper) yang terkenal hingga seluruh dunia. Sehingga kota ini dinamakan Barus.
Sejarah mencatat, sejak abad ke-9 kota Barus sudah dikenal sebagai kota dagang. Di masa itu komoditi yang sangat digandrungi semisal buah pala, cengkeh, lada, kulit manis, merica, kemenyan dan kayu bulat, diperdagangkan di Barus. Konon bahan-bahan pembalseman para raja Mesir didatangkan dari Barus.
Barus yang dikenal sebagai kota perdagangan antarbangsa, sangat dimungkinkan terjadinya kotak budaya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Berkenaan dengan itu pula, berdatangan rombongan mubaligh asal tanah Arab ke negeri niuntuk tujuan penyebaran agama Islam yang dilatarbelakangi perdagangan. Para mubaligh menghabiskan waktunya untuk syiar Islam di daerah baru. Mereka menopang hidupnya dengan berdagang.
Hadirnya Sykeh Mahmud di tanah Barus merupakan salah satu tesis tentang keberadaan penyebar Islam sejak agama ini pertama kali disyiarkan. Arkeolog dan ahli kaligrafi Arab kuno asal Perancis, Prof. Dr. Ludwig Kuvi menyatakan dengan tegas bahwa bukti arkeologis berupa pahatan batu nisan makam Syekh Mahmud menunjukkan beliau adalah seorang pendatang yang telah lama tinggal di Barus. Batu nisan makam Syekh Mahmud bukan batu biasa yang digunakan oleh penduduk Barus, melainkan sejenis batu yang didatangkan dari India. Maka, hampir mustahil Syekh Mahmud seorang biasa yang tidak terlalu dikenal oleh masyarakat Barus. Ukiran batu ayat-ayat Al-Qur’an dan pesan singkat yang Nampak samar memberi isyarat bahwa beliau seorang mubaligh besar.
Teori kedatangan Syekh Mahmud di tanah Barus diperkuat dengan pembuktian yang dilakukan oleh sejarahwan Belanda, Dr. Ph. S. Van Ronkel. Sejarahwan Belanda ini menyatakan Syekh Mahmud merupakan penyebar ajaran Islam yang pertama di Tapanuli. Da’wah Syekh Mahmud berhasil menyentuh tokoh etnis Batak, Raja Guru Marsakkot, yang akhirnya memeluk agama Islam.
Salah satu ukiran batu pada nisan makam Syekh Mahmud yang berbunyi: “Fa Kullu Syai’un Halikun Illa Wajhullah” yang berarti, “Maka segala sesuatunya hancur kecuali Dzat Allah”. Menurut Djamaluddin Batubara, nilai Islam yang disampaikan Sykeh Mahmud kepada masyarakat Barus adalah ajaran Tauhid, yakni mengajak masyarakat pesisir Tapanuli untuk meng-esa-kan Tuhan, Allah SWT.
Mencermati posisi makam Syekh Mahmud yang berada di atas bukit, diperkirakan bahwa beliau adalah guru bagi pengikutnya yang dimakamkan di Makam Mahligai. Terdapat 43 makam para ulama yang berada di kompleks Makam Mahligai. Daintaranya adalah makam Syekh Rukunuddin, kompleks makam Bukit Hasan, makam Tuanku Ambar, makam Tuan Kepala Ujung, makam Tuan Sirampak, makam Tuan Tembang, makam Tuanku Kayu Manang, makam Tuanku Makhdum, makam Syekh Zainal Abidin Ilyas, makam Syekh Ahmad Khatib Siddiq, dan makam Imam Mua’azhamsyah.
Tidak mudah bersiarah ke Makam Papan Tinggi. Sebelum menaiki tangga, peziarah disyaratkan untuk bersuci di kaki bukit yang telah tersedia pancuran air. Kemudian peziarah menaiki seribu anak tangga yang dibangun permanen. Perlu ketangguhan fisik untuk menaiki anak-anak tangga yang curam dan menanjak. Namun tangguh secara fisik saja tidak cukup, diperlukan pula niat ikhlas untuk mengunjungi makam Syekh Mahmud yang berada di puncak bukit. Sebab bila niatnya tidak tulus, apalagi disertai niat syirik, maka sulit untuk dapat mencapai puncak bukit Makam Papan Tinggi.


MAKAM MAHLIGAI


Tim arkeologi dari Ecole Francaise D’extreme-Orient, Perancis yang bekerja sama dengan peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (PPAN) di Lobu Tua – Barus, memberikan telaah baru mengenai sejarah Islam datang ke nusantara. Adanya data-data arkeologis sekitar abad ke-9 sampai 12 Masehi, membuktikan bahwa Barus telah berkembang menjadi kota perdagangan dengan struktur masyarakat multi etnis yang terdiri dari masyarakat Batak, Minangkabau, Bengkulu, Jawa bahkan Bugis, termasuk bangsa asing dari negeri India, Arab, Cina, Tamil dan sebagian kecil Afrika.
Bukti adanya masyarakat multi etnis ini berupa temuan aneka keramik, guci dan batu mulia yang berkualitas tinggi yang telah berusisa ratusan tahun. Bukti ini menunjukkan kesejahteraan masyarakat Barus ketika itu sudah makmur.
Heterogenitas masyarakat kota Barus bertumpu kepada kehidupan ekonomi yang bersandar kepada perdagangan antar bangsa. Berbagai kooditi rempah-rempah tersedia di Barus, terutama kapur barus yang berkualitas tinggi. Letak Barus yang berhadapan dengan lautan luas memudahkan para pedagang dari berbagai negeri berdatangan. Saat itu pelabuhan Samudera Pasai belum dikenal perdagangan dunia.
Banyaknya para saudagar asal Arab yang menetap di Barus menciptakan kemakmuran yang tinggi di daerah ini. Beberapa diantara mereka pernah menjadi utusan dari Bani Umayyah untuk Kerajaan Sriwijaya, sehingga diantara kalangan saudagar Arab sendiri diangkat seorang pemimpin. Sikap terbuka, bersahabat dan kekeluargaan yang ditunjukkan oleh para penguasa bandar kepada kalangan masyarakat lokal, menjadikan mereka begitu terpandang, sehingga mampu menjalin hubungan baik dengan para raja, adipati ataupun pembesar Kerajaan Sriwijaya. Beberapa diantaranya menerima Islam sebagai keyakinan baru. Bukti kemakmuran masyarakat yang didiami saudagar Arab berupa situs makam tua bertarikh abad ke-8 Masehi yang menguatkan keberadaan komunitas Muslim mapan di Barus.
Berdasarkan teori sosiologi, pengelompokan makam yang dibangun merata dan teratur berdasarkan ukuran tertentu di daerah tertentu, membuktikan status tokoh-tokoh yang dimakamkan. Sejarah selalu mencatat, hanya orang-orang besar yang memiliki pemakaman khusus. Dengan demikian kompleks pemakaman ini membuktikan entitas masyarakat muslim di tanah Barus yang telah ada ratusan tahun silam.
Kompleks pemakaman tua ini bernama Makam Mahligai, tidak berapa jauh dari Makam Papan TInggi. Pada kompleks makam ini, terdapat 43 nsan tua yang berukir aksara Arab kuno dan Persia.
Konon, nama makam ini diambil dari sebuah istana kecil pada zaman dahulu yang dibangun oleh Tuan Syekh Abdul Khatib Siddiq. Setelah wafat, Syekh Siddiq dimakamkan di Makam Mahligai. Selain beliau, sejumlah ulama besar penyebar Islam lainnya dimakamkan disini, diantaranya Syekh Rukunuddin, Syekh Ushuluddin, Syekh Zainal Abidin Ilyas, Syekh Ilyas, Syekh Imam Khotib Mu’azzamsyah Biktiba’I, Syekh Syamsuddin, Tuanku Ambar, Tuan Kepala Ujung, Tuan Sirampak, Tuan Tembang, Tuanku Kayu Manang, Tuanku Makhdum.

Ukuran makam di kompleks ini rata-rata panjangnya 7 meter, datar tanpa ornamen khusus kecuali batu nisan di kedua ujung makam. Nisan makam berbahan batu khusus berwarna coklat terlihat mulai menghitam akibat terkikis zaman. Batu nisan bertuliskan aksara Arab kuno bercampur Persia. Sebagian batu nisan memiliki kesamaan corak dengan makam para Syekh di wilayah Sumatera dan Jawa, yakni memiliki corak India.
Nisan makam Syekh Rukunuddin bertuliskan aksara Arab yang memiliki arti: “Tuan Syekh Rukunuddin, wafat malam 13 Syafar, tahun 48 Hijriah (48 H), dalam usia 102 tahun, 2 bulan, 10 hari atau Ha Min Hijratun Nabiy”. Nisan makam Syekh Rujunuddin hanya ada satu nisan, nisan beliau lainnya disimpan di museum purbakala di kota Medan sebagai bahan untuk penelitian.
Menurut beberapa keterangan sejarah, Syekh Rukunuddin melanjutkan misi dakwah Syekh Mahmud yang dimakamkan di Makam Papan TInggi. Sebagian ahli sejarah lainnya mengatakan bahwa makam yang berada di Makam Mahligai adalah murid dan pengikut Syekh Mahmud, dimana ajaran Syekh Mahmud bertumpu pada tauhid, mengesakan Allah. Belum ada perintah melaksanakan hukum-hukum Islam. Ayat-ayat Al-Qur’an yang dibawakan berupa ayat-ayat Makiyyah.
Beberapa catatan pemerhati sejarah perkembangan Islam menyatakan, daerah penyebaran Islam yang dilakukan oleh Syekh Rukunuddin beserta ulama lainnya dimulai dari dusun Lobu Tua kemudian bergerak ke wilayah utara, kembali ke selatan hingga di ujung bukit dimana Makam Mahligai berada. Kemudian perjalanan da’wah dilanjutkan ke arah timur hingga ke Dusun Patumangan.
Lingkungan Makam Mahligai terbilang rindang dan sejuk, dinaungi pohon besar dengan hamparan sawah membentang di sisi makam. Keadaan tanah Makam Mahligai bergelombang dan berbukit-bukit. Sebelum memasuki kawasan Makam Mahligai, peziarah disarankan bersuci sebagai penghormatan kepada tokoh-tokoh yang disemayamkan disana.

Sumber Pustaka:
  • Masjid dan Makam Bersejarah di Sumatera, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI, 2008
  • Claude Guillot, Daniel Perret, Atika Suri Fanani (Translator), Marie-France Dupoizat, Untung Sunaryo, Heddy Surachman, Barus: Seribu Tahun Yang Lalu, KPG, 2008
  • Foto-foto koleksi pribadi ku



Senin, 02 Juli 2012

Sejarah Masuknya Kebudayaan India ke Indonesia

Sejarah masuknya kebudayaan India ke Indonesia

Pada mulanya hubungan antara Indonesia dengan India dalam bentuk hubungan dagang. Hubungan ini kemudian berkembang menjadi hubungan agama dan budaya. Proses masuknya pengaruh budaya India ke Indonesia tidaklah berasal dari satu tempat atau daerah di Indonesia. Kita tidak mengetahui secara pasti agama mana yang mula-mula datang ke Indonesia. Tetapi pada masa sekitar permulaan tarikh masehi di Indonesia telah dikenal agama Hindu dan Budha. Pada mulanya agama Hindu yang berkembang dan mempunyai banyak pengikut di Indonesia. Sebenarnya agama Budha juga sudah masuk namun belum berkembang. Hal ini terbukti dari agama yang dipeluk oleh raja Mulawarman dari Kutai dan raja Purnawarman dari Tarumanegara, yakni agama Hindu.

Seorang pengembara Cina bernama Fa-shien menyebutkan bahwa agama Budha di Ye-po-ti (Pulau Jawa) tidak banyak. Pada tahun 414 Masehi, Fa-shien datang ke Pulau Jawa karena perahu yang ditumpanginya dari India mengalami kerusakan. Ia kemudian tinggal menetap untuk beberapa waktu di Indonesia. Dia mempelajari kehidupan bangsa Indonesia ketika itu dan mencatatnya. Disebutkannya bahwa kehidupan pemeluk agama Hindu dan Budha telah dapat hidup berdampingan secara damai. Setelah hidup berdampingan selama berabad-abad terjadilah sinkretisme (perpaduan) antara kedua agama tersebut. Hasil sinkretisme ini kemudian menumbuhkan suatu aliran baru yang disebut Siwa-Budha. Agama ini berkembang pesat pada abad ke-13 Masehi. Penganut aliran agama ini, antara lain raja Kertanegara dan Adityawarman. Meskipun unsur budaya India mempengaruhi budaya Indonesia, tetapi budaya Indonesia tidak kehilangan kepribadiannya. Dalam perkembangannya, pengaruh itu mewujudkan budaya Indonesia baru yang coraknya masih terlihat sampai sekarang.

Melalui para pedagang itulah agama dan budaya India disebarkan kepada masyarakat Indonesia. Para pedagang dari India yang beragama Hindu-Budha banyak bermukim di kota-kota pelabuhan. Bahkan, banyak di antaranya yang hidup menetap dan menikah dengan penduduk pribumi. Perkawinan dan permukiman tersebut kemudian mempercepat proses penyebaran agama dan budaya India. Sejak abad ke-7 agama Hindu-Budha mencapai perkembangannya di Indonesia.


Jumat, 29 Juni 2012

Kerajaan Singasari

Makalah Sejarah Indonesia II

 kerajaan Singasari



Dosen Pengampu :
ABDUL RAHMAN S.Pd






  ILHAM SIREGAR
 201105027
 Sejarah Indonesia II





BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jawa timur sudah didiami oleh penduduk yang cukup padat sebelum raja Balitung, yaitu khususnya di sepanjang lembah Sungai Brantas. Sungai Brantas dijadikan modal utama untuk mendirikan kerajaan besar yang bersumbu padanya. Di jawa timur pada waktu itu tersebar banyak kerajaan-kerajaan kecil yang masing-masing berdaulat di daerah-daerah rendah yang dan Kawi Kelud. Kondisi geografis Jawa Timur yang seperti itu menjadikan sistem pemerintahan tidak sentral. Belum juga terhitung daerah pertanian di dataran tinggi Malang yang pada waktu itu ditempati oleh Tumapel.
Sungai Brantas sebagai urat nadi kerajaan-kerajaan di Jawa Timur yang juga ditentukan oleh kehadiran gunung-gunung api yang mengapit aliran sungai tersebut dari hulu, hilir sampai dengan muaranya. Sungai Brantas seakan-akan seperti rubuh ular yang melingkar dengan letak kepala yang mendekati ekornya. Kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa Timur selain berurat nadi pada Sungai Brantas juga lokasinya mengelilingi Gunung Penanggungan, seperti Daha, Kahuripan, Majapahit, Jenggala, dan Tumapel. Sungai Brantas memiliki pola aliran air yang melingkar, dimana mata airnya ada di lereng kompleks Gunung Arjuno-Anjasmoro.
Pola yang melingkar ini yang melahirkan bagian-bagian hilir dan hulu yang masing-masing dapat melahirkan kegiatan-kegiatan ekonomis dan politis dari kerajaan-kerajaan yang berdiri. Diantara hulu dan delta Sungai Brantas tersebut, ada salah satu kerajaan yang berdiri yaitu kerajaan Singosari dimana letak ibu kotanya adalah bertempat di dataran rendah Pasuruan sampai daerah Lawang. Di Dataran Tinggi Malang tepatnya di daerah sebelah timur Gunung Kawi merupakan daerah yang beriwayat.
Salah satu raja yang tersohor adalah Ken Arok yang mulai kecil sampai wafatnya di habiskan di dataran tinggi Malang. Keadaan tanah yang subur, iklim yang dingin tetapi kering serta di dukung dengan adanya sungai Brantas menyebabkan daerah ini selalau memegang peranan penting.
Kerajaan Singosari terletak di sebelah timur Gunung Kawi di hulu Sungai Brantas di daerah Jawa Timur. Pada abad 13 Singosari hanya merupakan desa kecil yang tidak berarti. Keadaan itu lambat laun berubah bertepatan dengan munculnya seorang pemuda bernama Ken Arok dari desa Pangkur, yang berjaya meruntuhkan kerajaan Kediri dan merebur kekuasan raja Kertajaya pada tahub 1222. Sejak itu ia mendirikan kerajaan berpusat di desa Kutaraja. Pada tahun 1254 nama Kutaraja diganti dengan nama Singosari oleh cucunya yang bergelar Jaya Wisnuwardhana. Singosari menguasai wilayah jawa timur dari tahun 1222 sampai tahun 1292.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Kerajaan Singosari
Pada abad ke 13 untuk kedua kalinya di Malang berdiri kerajaan baru yang bernama kerajaan Singosari. Pendiri kerajaan ini adalah Ken Arok dengan gelar Sri Rangga Rajasa Sang Amurwabhumi, yang masa pemerintahannya tahun 1222 – 1227.
Menurut kitab Negara Kertagama dan Pararaton dapat diketahui sejarah kehidupan Ken Arok sebelum menjadi raja adalah anak dari rakyat biasa yang berasal dari desa Pangkur. Berkat bantuan Pendeta Loh Gawe, Ken Arok diangkat sebagai anak pungut dan dapat mengabdi kepada seorang Akuwu (setingkat bupati) di tumapel yang bernama Tunggul Ametung. Pada waktu itu Tumapel adalah wilayah bawahan Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Kertajaya. Pada saat mengabdi di Tumapel, Ken Arok tertarik kepada istri Tunggul Ametung yaitu Ken Dedes. Maka dari itu Ken Arok berusaha membunuh Tunggul Ametung sehingga ia bias menggantikannya sebagai akuwu di Tumapel.
Sebagai Akuwu yang baru Ken Arok tidak mau tunduk di bawah kekuasaan kerajaan Kediri. Ken Arok bekerja sama dengan para pendeta yang tidak senang dengan pemerintahan Kertajaya, mereka bertempur melawan raja Kediri dan di desa Ganter Ken Arok dapat mengalahkan Raja Kediri. Dengan kemenangannya itu sejak tahun 1222 Ken Arok menjadi Raja Tumapel dan Kediri. Kedua daerah itu akhirnya disatukan dengan ibu kota tetap di Tumapel yang diberi nama Kuta Raja. Di bawah pemerintahannya kerajaan Singosari menjadi aman dan tenteram. Tahun 1227 Ken Arok mati dibunuh Anusapati (anak Tunggul Ametung) yang mmbalas dendam kematian ayahnya. Sejak itu Singosari dipimpin Anusapati selama 21 tahun (1227-1248). Anusapati dibunuh oleh Toh joyo (anak Ken Arok dari istrinya Ken Umang), yang membalas dendam kematian ayahnya. Masa pemerintahan Toh Joyo hanya beberapa bulan karena ia dibunuh oleh Ranggawuni, anak Anusapati yang membalas dendam atas kematian ayahnya. Pembunuhan demi pembunuhan terus terjadi di kalangan raja-raja Singosari karena balas dendam.
Sepeninggal Toh Joyo, tahun 1248 Ranggawuni naik tahta dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardhana yang memerintah dengan sepupunya bernama Mahesa Cempaka. Tahun 1254 Wisnuwardhana menyerahkan tahta kerajaan pada puteranya yang bernama Kertanegara. Di bawah pemerintahan Kertanegara (1268-1292) kerajaan Singosari mencapai puncak kejayaannya. Kertanegara bercita-cita menjadi penguasa Singosari dan daerah sekitarnya seluas mungkin. Tahun 1292 pada saat melaksanakan upacara Tantrayana, Kertanegara dan tokoh-tokoh penting lainnya gugur karena diserang oleh Jayakatwang dari Kediri. Dengan meninggalnya Kertanegara , maka kerajaan Singosari berakhir. Jenazah Kertanegara dimuliakan di Candi Jawi dan sebagai Budha di Sagala. Kertanegara bersama permaisurinya Bajra Dewi dilambangkan sebagai jiwa dicandikan di Singosari sebagai Bhairawa.

B. Keadaan Alam di daratan tinggi Malang
Kabupaten Malang adalah kabupaten terluas kedua di Jawa Timur setelah Kabupaten Banyuwangi. Sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan. Bagian barat dan barat laut berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Arjuno (3.339 m) dan Gunung Kawi (2.652 m). Pegunungan ini terdapat mata air Sungai Brantas, sungai terpanjang di Jawa Timur .
Bagian timur merupakan kompleks Pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, dengan puncaknya Gunung Bromo (2.392 m) dan Gunung Semeru (3.676 m). Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa. Kota Malang sendiri terdiri berada di cekungan antara kedua wilayah pegunungan tersebut. Bagian selatan barupa pegunungan dan daratan bergelombang. Dataran rendah di pesisir selatan cukup sempit dan sebagaian besar pantainya berbukit.
Kabupaten Malang memiliki potensi pertanian dengan iklim sejuk. Daerah utara dan timur banyak digunakan untuk perkebunan apel. Daerah pegunungan di barat banyak ditanami sayuran dan menjadi salah satu penghasil sayuran utama di Jawa Timur. Daerah selatan banyak digunakan ditanami tebu dan hortikultura, separti salak dan semangka.
Dataran tinggi Malang tanahnya berwarna coklat tua sampai hampir hitam. Ini menandakan bahwa daerah tersebut di masa lampaunya merupakan suatu danau purba yang kemudian mengalami proses pengeringan menjadi dataran tinggi, setelah airnya dapat dibuang ke luar melalui sungai Brantas yang palungnya mewujudkan dasar dari danau tersebut yang terdalam.
Menurut Mohr danau purba tersebut mula-mula adalah suatu ledokan (terapit oleh lereng-lereng gunung Semeru di sebelah Timur, pegunungan Kidul disebelah Selatannya, Gunung Kawi dan Arjuna di sebelah Baratnya) yang terisi oleh bekuan berbagai tuf dan eflata dari ledakan-ledakan dari gunung berapi tadi.
Menurut Verbeek dan Fennema, para geolog Belanda pada awal abad ini, bahan-bahan lava yang membeku tadi bertumpuk-tumpuk di pinggiran ledokan tadi, sehingga air terhenti dan dengan demikian terbentuklah rawa-rawa yang akhirnya meningkat menjadi suatu danau. Kemudian gunung-gunung api sekeliling tadi masih saja melanjutkan Erupsinya dengan membuang lava dan eflata kedalam ledokan itu sehingga dasarnya terisi dan menjadi makin mendatar untuk berproses untuk menjadi dataran tinggi Malang, setelah airnya dapat diluapkan keluar.
Waktu dalam proses mengeringnya danau itu, muncullah hutan-hutan yang makin meluas dan menyumbangkan lapisan humus tebal kepada tanah yang ada dibawahnya. Setelah dating penduduk dan hutan dibuka untuk pertanian, lambat laun terciptalah dataran tinggi dengan pertanian padi yang maju. Sementara itu curah hujan cukup dan pembagian musim cukup menguntungkan untuk melahirkan daerah pertanian yang makmur seperti Tumampel dan Singhasari dikemudian hari.
Kerajaan Jawa Timur yang akan dibangun tidak dapat dilepaskan dari sumbu perekonomiannya yakni sungai Brantas, yang bermuara ke laut melalui dua muaranya yaitu sungai Porong dan sungai Kencana yang kemudian disebut mas. Delta sungai Brantas ini selalu strategis lokasinya bagi proses berdirinya kekuasaan baru di Jawa Timur, sejak Sindok.

C. Keadaan Geografis Politik Kerajaan Singosari
Sejarah Jawa Timur,terhitung mulai dari Pugatan (perjuangan raja Erlangga sejak awal abad ke 11) sampai Tarik (berdirinya Majapahit pada akhir abad ke 13) tidak dapat diuraikan lepas dari pentingnya sunagi Brantas selain menjadi saksi utama peristiwa-peristiwa histories yang penting, sungai tersebut melatarbelakangi berbagai fakta sejarah di Jawa Timur.
Latar belakang kegiatan politis, sosial ekonomis dan kultural dari kerajaan Panjalu dan Jenggala kemudian Kadiri dan akhirnya Singhasari terletak dalam nilai kombinasinya bagian-bagian aliran sungai Brantas yang melingkar seperti ular itu.
Aliran sungai Brantas dapat dibagi atas tiga bagian:
1.      Hilir atas
Ini menempati dataran tinggi Malang sekarang yang dulunya ditempati oleh wilayah induk Tumampel semenjak akuwu Tunggul Amentung berasal, sampai pada masa bertahtahnya Kertajaya di Kediri (th 1220).
2.      Hilir tengah
Di sinilah terletak kota Daha (Gelang-Gelang, Gelgelang atau Kediri) yang menjadi ibu kota kerajaan Panjalu (1041) untuk kemudian menjadi kerajaan Kediri (1045-1222). Dataran rendah Kediri memanjang dari Selatan ke Utara (persisnya dari Tulungagung sekarang sampai Kertosono dengan diapit oleh tiga gunung yaitu gunung Wilis sebelah Barat, komplek gunung Arjuno-Anjasmoro serta Kawi-Kelud di sebelah Timurnya.
3.      Hilir Bawah
Dataran rendah ini membujur Barat Timur dari Kertosono sampai Delta sungai Brantas. Sebelum sampai awal Delta tersebut, terletak pusat kerajaan Majapahit tak jauh dari Trowulan sekarang di Kabupaten Mojokerto.
Antar Hilir atas dan tengah, ada daerah Blitar sekarang di Lereng Selatan gunung Kelud itu terletak candi Penataran. Meskipun ini tak penting untuk di bahas secara khusus, daerah ini pernah dipotong oleh perbatasan kerajaan Panjalu dengan Jenggala yang mengikuti garis lurus dari Utara ke Selatan melalui puncak gunung Arjuna-Anjasmoro dan Kawi-Kelud untuk terus menuju ke Samudra Hindia. Pada garis itulah terletak Kali Leksa sebagai anak sungai Brantas.
Sungai Brantas pola alirannya melingkar, mata airnya ada di lereng komplek gunung Arjuno-Anjasmoro. Pola melingkar inilah yang melahirkan bagian-bagian Hilir serta Hulunya yang masing-masing menstimulasikan kegiatan-kegiatan ekonomis dan politis pada pemimpin dari abad ke abad. Antara hulu dan Delta sumgai tersebut terletak dataran rendah Pasuruan dan daerah Pelana(Zadelgebied) Lawang sekarang yang pernah ditempati ibu kota kerajaan Singhasari.
Keberadaan Sungai Brantas sangat berpengaruh terhadap kekuatan politik berbagai kerajaan di Jawa Timur tinjauan geografi politik seluruh alirannya dari hulu sampai muara dapat dikuasai oleh satu kerajaan, maka dapatlah kerajaan yang bersangkutan tumbuh menjadi kombinasi negeri agraris-maritim yang ideal. Stuktur ini pernah nyata di zaman Erlangga (1037-1389) dengan pusatnya di Kahuripan. Begitu juga pada jaman Kertanegara (1268 -1389) yang berpusat di Singhasari.
Erlangga membagi wilayah kerajaannya menjadi dua bagian sehingga merugikan masing-masingnya, Panjalu sebagai gudang beras ( hasil dataran rendah kediri dan çlokasinnya di pedalaman Jawa Timur. Janggala menguasai pelabuhan-pelabuhan di Laut Jawa akan tetapi tak menguasai daerah pedalaman secara geografis dan ekonomis.
Pembagian dua yang sial ini akhirnya mengalami perubahan setelah pihak Kediri atau Panjalu berhasil merebut delta sungai Brantas sehingga terbuka baginya untuk mulai mengembangkan suatu kombinasi negeri agraris-maritim yang kemudian dapat melebarkan sayap kegiatannya ke Nusantara bagian Timur, adapun Jenggala makin menyempit ke wilayah Singhasari yang mata pencariannya melulu agraris. Kemudian Kertanegara (1268-1292) mewarisi keadaan yang diciptakan oleh Ranggawuni, tetapi berupa Negara kombinasi yang setengah sempurna.
Pada dasarnya ada dua variasi bentuk kombinasi agraris - maritim, yakni yang sempurna dan setengah sempurna. Yang sempurna dialami pada zaman Erlangga, Kertanegara dan Hayam wuruk artinya seluruh pola aliran sungai Brantas dikuasai secara sempurna. Adapun yang setengah sempurna dapat berupa dua bentuk.
Pertama, di situ hilir tengah (kediri) dan delta-muara sungainya dikuasai oleh satu pimpinan, sebagaimana terjadi antara tahun 1115 dan 1222 ini meliputi pemerintahan raja-raja Kameswara I, Jayabaya, Kameswara II, çrengga dan Kertajaya. Kedua, hanya bagian hilir atas dan bagian delta serta muara sungai Brantas saja yang dikuasai raja, yakni Ranggawuni (1248-1268) Pada masa itu Tumapel – Singhasari sebagai pusat dikuasai tentunya. Ditambah daengan pelabuhan Canggu sebagai pelabuhan dan kunci perdagangan.

BAB II
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sungai Brantas sebagai urat nadi kerajaan-kerajaan di Jawa Timur dapat ditelaah ciri-ciri tanahnya pada setiap lembahnya semunya itu ditentukan oleh kehadiran gunung-gunung api yang mengapit aliran sungai tersebut dari hulu, hilir, hingga muaranya. Dan kerajaan di Jawa Timur yang akan dibangun tidak bisa lepas dari sumbu perekonomian yakni Sungai Brantas.
Latar belakang geografis kerajaan Singhasari tak dapat dibatasi pada kondisi alamnya pada abad ke-13 saja. Harus pula diadakan ancang-ancang yang cukup maju kedepan yakni abad ke-11 dan 12. sebabnya adalah karena sungai Brantas sudah berfungsi secara ekonomis maupun politis pada masa-masa tersebut mulai dari Pugatan (perjuangan Erlangga sejak awal abad ke-11) sampai Tarik (berdirinya Majapahit pada akhir abad ke-13). Selain menjadi saksi utama peristiwa-peristiwa historis yang penting, sungai tersebut juga melatar belakangi berbagai fakta sejarah di Jawa Timur.
Salah satu kerajaan yang pernah berdiri di Jawa Timur yaitu Kerajaan Singosari. Kerajaan ini terletak di sebelah timur Gunung Kawi di hulu Sungai Brantas di daerah Jawa Timur. Pada abad 13 Singosari hanya merupakan desa kecil yang tidak berarti. Keadaan itu lambat laun berubah bertepatan dengan munculnya seorang pemuda bernama Ken Arok dari desa Pangkur, yang berjaya meruntuhkan kerajaan Kediri dan merebur kekuasan raja Kertajaya pada tahub 1222. Sejak itu ia mendirikan kerajaan berpusat di desa Kutaraja. Pada tahun 1254 nama Kutaraja diganti dengan nama Singosari oleh cucunya yang bergelar Jaya Wisnuwardhana. Singosari menguasai wilayah jawa timur dari tahun 1222 sampai tahun 1292.

DAFTAR PUSTAKA


Daldjoeni, N. 1982. Geografi Kesejaraan I (Peradaban Dunia). Bandung : Penerbit Alumni.
Hardjowardojo, Pitono. 1965. Pararaton. Djakarta : Bhatara.
Poesponegoro, M. Djoened dan Notosusanto, N. 1984. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta : PN. Balai Pustaka.
Slametmulyana. 1979. Negarakretagama dan Tafsir Sejarahnya . Jakarta: Bhatara Karya Aksara.

Kamis, 21 Juni 2012

perkembangan koloni di australia

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang:
Dengan melihat perkembangan yang ada di Australia maka kita dapat mengetahui keadaan Australia tersebut terutama di daerah Australia Selatan dan Queesland. Di Australia Selatan masalah yang timbul misalnya dalam bidang sosial adalah mereka tidak mempunyai seorang pembantu seperti layaknya pembantu dari orang biasa, tetapi yang bekerja kepada mereka adalah seorang narapidana.
Queensland menjadi koloni yang berdiri sendiri pada tahun 1859. Sebelum menjadi koloni Queensland adalah tempat untuk penempatan narapidana. Tetapi kemudian setelah menjadi koloni daerah ini berkembang cukup pesat.
Sama halnya dengan Australia Selatan dan Queensland, Victoria juga merupakan sebuah koloni yang awalnya merupakan sebuah daerah yang dijadikan sebagai sebagai lahan penelitian oleh para ahli dari Inggris. Karena daerah tersebut dianggap layak untuk dijadikan sebagai tempat pemukiman, maka banyak orang kulit putih yang datang dan menjadikan daerah itu sebagai sebuah koloni baru.

B. Rumusan Masalah:
Dari latar belakang di atas, maka dapat disusun beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang terbentuknya koloni Australia Selatan, Queensland dan Victoria?
2. bagaimana perkembangan koloni Australia Selatan, Queensland dan Victoria?
3. Apa dampak yang timbul dari terbentuknya koloni Australia Selatan, Queensland dan Victoria?





BAB II
PEMBAHASAN

1. Latar Belakang Pembentukan Koloni Queensland, Australia Selatan dan Victoria:
A. Koloni Queensland:
Pada tahun 1823 John Oxley di tugaskan oleh gubernur New South Wales melakukan penyelidikan kearah utara. Oxley berhasil menemukan daerah di Moreton Bay, di mulut sungai Brisbane. Selanjutnya pada tahun 1824 di daerah ini di buka pemukiman, lalu di sebut distrik Moreton Bay. Koloni dibuat dengan maksud untuk menempatkan narapidana terpisah dari penduduk bebas (free settlers) dan free settlers tidak diperkenankan memasuki daerah itu. Narapidana memang cocok di tempatkan di daerah ini karena di sana narapidana sulit melarikan diri. Hal ini disebabkan karena sekitar daerah ini hanya ada hutan dan semak belukar yang tebal sehingga apabila melarikan diri maka mereka harus memilih hidup kelaparan atau hidup dengan penduduk asli.
Narapidana ini dipekerjakan untuk mempersiapkan tanah yang akan diolah oleh free settlers kemudian. Tetapi rencana ini tidak berhasil karena ketika perasaan anti “convict system” tumbuh di Australia. Sehingga tempat yang khusus untuk narapidana ini di tinggalkan dan terbuka untuk umum.
Pada tahun 1827 seorang ahli botani dan penjelajah yang bernama Allan Cunningham membuka distrik di Daring Downs sebelah barat Brisbane di seberang Great Deviding Range. Daerah ini sangat cocok sekali untuk pengembangan perternakan biri-biri, sehingga peternak biri-biri berusaha mendapatkan ijin dan pinjaman tanah dari pemerintah New South Wales. Kemudian daerah ini semakain meluas ke utara dan ke barat.
Sedangkan distrik Moreton Bay berkembang sangat lambat. Sampai tahun 1846 dalam wilayah sejauh 60 mill dari Brisbane penduduknya hanya terdapat 1.600 orang. Sehingga untuk mempercepat perkembangan daerah ini Dr. Lang seorang pendeta dari Sydney berusaha membawa 600 orang imigran dari Scotlandia ke daerah itu. Pada tahun 1851 jumlah penduduk di sana mencapai 9.000 orang. Dalam perkembangannya para peternak, petani dan penduduk kota di distrik utara mulai memikirkan pemerintahan sendiri lepas dari New South Wales. Mereka ingin membentuk daerah yang ditata sendiri sesuai dengan aspirasi dan kepentingan mereka sendiri .
Pemisahan distrik ini juga menyangkut garis batas. Karena semua pemerintah di Sydney menghendaki agar garis pemisah mengikuti garis lintang selatan 26º, kota-kotanya sekarang bernama Brisbane, Gympie, Roma, dan Charleville, termasuk New South Wales. Sedangkan penduduk di distrik utara tidak menyetujui batas ini. Mereka menghendaki agar garis batas sejauh 30º LS. Pada akhirnya pemerintah Inggris menetapkan garis batas mengikuti garis lintang selatan 29º dan bagian timur garis batas tersebut mengikuti aliran sungai dan lekukan pegunungan hingga ke pantai.
Berdasarkan Australian Colonies Government Act (1850) distrik Moreton Bay menyebut dirinya Queensland dan sejak tahun 1859 berhak mengatur pemerintahannya sendiri yang sesuai dengan aspirasi dan kepentingannya.
Gubernur pertama Queensland adalah Sir George Bowen tiba di Barisbane pada tahun 1859. Ketika ia datang, ia hanya menemukan 7,5 d (tujuh setengah pence) dalam kas, kemudian ia berusaha meminjam uang dari bank sampai pajak dan uang hasil penjualan dan penyewaan tanah masuk ke kas pemerintah.
Di Queensland hubungan dengan penduduk asli dengan masyarakat kulit putih dibumbuhi kepahitan dan keganasan. Sejak tahun 1870-an sering terjadi pembunuhan terhadap tentara, Surveyor, penjelajah (explorer) dan penduduk biasa oleh penduduk asli. Permusuhan ini di mulai oleh rasa curiga dan kekhawatiran dari kedua belah pihak. Para pendatang yang tinggalnya terpencar takut kalau di serang penduduk asli sehingga mereka mendahului membunuhnya. Sedangkan penduduk asli yang merasa terdesak dari daerah perburuannya melakukan tindakan pembalasan.
Setelah menjadi koloni sendiri Queensland mengalami kemajuan yang tinggi hal ini didukung oleh kondisi dan kekayaan alamnya, misalnya emas, timah, tembaga dan batu-batu mulia. Sedangkan keadaan alamnya baik untuk industri peternakan dan ini menjadikan jumlah sapi, kuda dan biri-biri semakin meningkat. Iklim yang tropis menyebabkan Queensland menghasilkan tanaman seperti kapas, gula dan padi-padian. Pada awalnya kapas dari Queensland sangat dibutuhkan oleh negara-negara industri seperti Inggris Tetapi hal ini tidak bertahan lama karena biaya produksi kapas cukup tinggi yang disebabkan oleh penggunaan tenaga buruh yang relatif mahal, jika dibandingkan dengan tenaga kerja perkebunan kapas di Mesir, India dan Amerika Serikat sehingga mengakibatkan produksi kapas kalah bersaing.
Selain biaya produksi yang cukup tinggi, juga menyangkut masalah gula, karena pengusaha perkebunan tebu sukar mendapatkan tenaga kerja murah, sehingga mereka menggunakan tenaga kerja Kanakas. Pengambilan tenaga kerja dari Kanakas mengakibatkan permasalahan di dalam pemerintahan Queensland, karena secara tidak langsung terjadi perbudakan terselebung. Hal ini dapat dilihat dari penculikan-penculikan terhadap tenaga kerja dari Kanakas, yang kemudian dijual kepada pemilik-pemilik perkebunan tebu. Secara teori mereka di pekerjakan untuk waktu tertentu dengan di beri gaji. Tetapi dalam kenyataannya mereka dipekerjakan selama masih mampu dan gajinya hanya barang-barang kecil seperti tembakau, manik-manik, pakaian kerja, dan pipa .
Pemerintah kemudian berusaha mengatasi bahkan menghentikan pengangkutan Kanakas kenegaranya. Hal ini ditentang oleh pemilik perkebunan dan mereka mengancam akan menghentikan penanaman tebu. Apabila ini terjadi maka pemerintah akan kehilangan sumber dananya. Menurut pemerintah menghentikan sumber traffic berarti kerugian materiil, tetapi kalau mengijinkan maka akan melanggar etika moral. Kemudian pemerintah mendesak agar orang yang dibekerjakan minimal < 6 pertahun, disediakan perumahan, dan diperlakukan secara layak.
Hal lain yang berkaitan dengan perkembangan Queensland adalah masalah Irian. Pada tahun 1883 kepala pemerintahan Queensland Sir Thomas Macllwraith mulai angkat bicara mengenai masalah Irian. Ia memutuskan untuk bertindak apabila Inggris tetap tidak bersedia untuk mendudukinya. Ia menyatakan bahwa Jerman sudah merencanakan menduduki Irian Timur. Walaupun Inggris tidak bertindak, Sir Thomas Macllwraith mengutus seorang hakim dan menancapkan bendera Inggris dan menyatakan Irian Timur sebagai milik Inggris (April 1883). Hal ini didukung oleh seluruh koloni di Australia. Maka sejak itu sampai tahun 1901 Irian Timur yang menjadi milik Inggris dipegang oleh Queensland dan anggaran belanjanya ditangung oleh seluruh koloni di Australia .

B. Koloni Australia Selatan:
Australia Barat biasa disebut dengan koloni suatu kongsi, sedangkan Australia Selatan dapat disebut koloni suatu teori, karena pembentukkannya didasarkan pada suatu teori yang dikemukakan oleh Wakelfield. Ia adalah seorang narapidana di Newgate London.
Adapun faktor – faktor pendorong serta penghambat pembentukan koloni di Australia Selatan adalah :
1. Faktor pendorong pembentukan koloni di Australia Selatan
a) Perlunya tanah untuk berladang biri-biri
b) Adanya kepadatan penduduk di Inggris
c) Gaji yang rendah, lapangan kerja jarang dan makanan yang mahal
d) Adanya tanah yang subur di dekat muara sungai Murray.
2. Faktor penghambat dalam pembentukan koloni di Australia Selatan
a) Pemerinath Inggris menolak pembentukan koloni di Autralia Selatan dengan alasan akan memakan biaya mahal, hal ini dilakukannya Inggris mengingat pengalamannya di Australia Barat.
b) Daerah kangaroo kurang cocok untuk dijadikan pemukiman pada waktu itu
c) Tanpa ada perkebunan yang berjalan maka para pekerja tidak akan mendapatkan pekerjaan
d) Ketika George Grey tiba, ia menerima koloni itu dalam keadaan bangkrut
Australia Selatan sangatlah mempunyai arti tersendiri bagi Pemerintahan Inggris, sebab di Australia Selatan mempunyai potensi – potensi yang bisa dikembangkan untuk kemajuan dalam meningkatkan perekonomian di Australia Selatan. Dari Pemerintahan Inggris sendiri juga mempunyai sumbangan bagi Australia Selatan.
Edward Gibson Wakefield, menulis sebuah buku kecil yang berjudul, A Letter from Sydney. Dalam garis besarnya teori Wakefield itu dapat dikemukan dalam dua butir, yaitu:
 Tanah di koloni baru itu hendaknya dijual dengan harga yang cukup mahal (istilah yang digunakan adalah sufficient price), sehingga orang imigran pekerja tidak mudah membelinya. Uang hasil penjualan tanah tersebut hendaknya digunakan untuk mengongkosi migrasi penduduk ke koloni baru tersebut dalam rangka menjamin tersedianya tenaga kerja di koloni itu.
 Tanah hendaknya dijual dalam partai besar (istilahnya: thirty-hectare section), dan dibayar tunai lewat suatu lelang .
Satu lagi ide Wakefield yang perlu dicatat karena mempunyai pengaruh besar dalam rangka pembentukan dan pembinaan koloni baru. Ia mengatakan bahwa koloni harus sesegera mungkin diberikan status pemerintahan sendiri. tindakan itu menurutnya, akan mengikat negeri induk dengan koloni-koloninya bersama-sama lebih erat.
Selanjutnya suatu perhimpunan Australia Selatan dibentuk dan melakukan pendekatan terhadap pemerintah. Dalam tahun 1834, parlemen mengeluarkan suatu undang-undang yang mempotong 300.000 mil persegi wilayah New South Wales untuk mendirikan koloni Australia Selatan. Para pengikut Wakefield membentuk kongsi Australia Selatan dan mengumpulkan uang dan dengan penuh harapan mereka berangkat dari Inggris pada 1836. rombongan partama tiba di Pulau Kangaroo. Tetapi ternyata pulau ini tidak cocok untuk dijadikan pemukiman pada waktu itu. Oleh karena itu, Kolonel Light melakukan penelitian dan akhirnya memilih lokasi dimana sekarang berdiri kota Adelaide .

C. Koloni Victoria:
Dalam tahun 1803, Letnan Kolonel David Collins ditugaskan memimpin sekelompok narapidana dan militer untuk memebentuk pemukiman baru di Sorento, di Teluk Port Phillip. Namun beberapa bulan kemudian Collins meninggalkan pemukiman baru itudengan alasan daerah ini tidak memenuhi syarat sebagai tempat pemukiman.
Ketika Mayor Mitchell, dalam perjalanan eksplorasinya memasuki Teluk Portland dalam tuhun 1836, ia terkejut mengetahui bahwa disana sudah ada orang kulit putih yang tinggal menetap. Mereka adalah Henty bersaudara, yang telah menetap di sana sejak tahun 1834. mereka adalah anak-anak Thomas Henty, seorang petani yang berasal dari Sussex, Inggris. Tertarik oleh propaganda pembentukan koloni Australia Barat, Thomas Henty berserta seluruh anggota keluarganya berimigrasi ke Swan River. Setelah gagal mendapatkan tanah yang cocok untuk diolah dan didiami di Australia Barat, Thomas Henty pindah ke Tasmania.
Mendengar laporan Edward itu, Thomas Henty pergi melihat keadaan Teluk Portland, ia menyetujui serta mendukung pilihan Edward tersebut. Thomas Henty berangkat pada bulan November 1834, bersetra keluarganya, ternak, alat-alat, tanaman-tanaman serta para pekerja terikat ke Teluk Portland untuk memulai pemukiman baru. Thomas Henty dan keluarganya inilah yang merupakan penetap kulit putih pertama di daerah yang sekarang bernama Victoria .





2. Perkembangan koloni-konoli (Queensland, australia selatan, dan victoria) di Australia
A. Queensland
Pada awalnya Queensland merupakan bagian dari New South Wales, pemukiman Queensland dimulai sejak tahun 1824, dan setelah 35 tahun koloni ini mampu untuk berdiri sendiri (1859)
Pada tahun 1823 Jhon Oxley ditugaskan oleh gubernur New South Wales untuk melakukan penyelidikan ke arah utara, dan ia berhasil menemukan sebuah daerah baru yakni Moreton Bay di hilir sungai Brisbane. Setahun kemudian (1824) Jhon Oxley membuka daerah ini untuk dijadikan pemukiman yang baru yang disebut distrik Moreton Bay.
Ide membuka koloni ini adalah untuk memisahkan narapidana dengan penduduk bebas (free settlers) dan free settlers tidak diperkenankan untuk memasuki wilayah ini, daerah ini sangat cocok karena narapidana sangat sulit untuk merikan diri karena satu-satunya tempat untuk melarikan diri ialah hutan dan semak belukar. Selain itu mereka harus memilih kelaparan atau hidup bersama penduduk asli, para narapidana mempersiapkan tanah yang nantinya akan diolah oleh free settler atau penduduk bebas akan tetapi rencana ini tidak berhasil karena berkembangnya perasaan anti “Convit Sytem”
Perkembangan distrik Moreton Bay ini sangat lambat hingga tahun 1846 hanya dihuni oleh 1.600 jiwa dan untuk mepercepat perkembanganya Dokter Lang seorang pendeta dari Sydney membawa 600 orang imigran dari Scotlandia. Walaupun imigran ini kecewa tapi mereka tetap berusaha hingga pada tahun 1851 jumlah penduduk bertambah menjadi 9000 jiwa.
Dalam perkembangan selanjutnya para peternak, petani, dan penduduk kota di distrik utara ini. Mereka mulai memikirkan pemerintahan sendiri lepas dari New South Wales mereka tidak puas karena hanya memiliki satu wakil saja di dalam parlemen New South Wales. Sedangkan pemerintahan yang berada di Sydney terlalu jauh dan tidak mengetahui masalah yang dihadapi oleh mereka
Dalam rangka memisahkan diri dari New South Wales ialah batas wilayah, semua pemerintah di Sydney menghendaki agar garis pemisah itu mengikuti garis 26 derajat Lintang Selatan yang bararti kota-kota Brisbane, Gympie, Roma, masih termasuk wilayah New South Wales dan hal ini tidak disetujui oleh distrik utara yang menghendaki garis batas sejauh 30 derajat Lintang Selatan. Akhirnya pemerintah Inggris menetapkan garis batas mengikuti garis 29 derajat lintang selatan , di bagian timur garis batas mengikuti aliran sungai dan ekukan gunung hingga laut pembagian ini terjadi tahun 1859.
Berdasarkan Autralia Colonies Government Act (1850) distrik Moreton Bay yang menyebut dirinya Queensland sejak tahun 1859 berhak untuk mengatur pemerintahan sendiri yang sesuai dengan aspirasi dan kepentinganya. Gubernur pertama Queensland adalah Sir George Bowen.
Sejak berdirinya koloni ini secara mandiri Queensland mengalami kemajuan yang pesat, kemajuan ini didukung oleh sumber daya alam yang tersedia seperti emas, timah, tembaga, dan batu-batu mulia selain bahan tambang Queensland juga dianugerahi oleh keadaan alam yang sangat mendukung untuk industri peternakan dan perkebunan

B. Autralia selatan
Diawali oleh buah pemikiran Edward Gibbon Wakefikeld dalam bukunya yang berjudul a letter from sydney yang diterbitkan pada tahun 1829. di dalam bukunya terdapat pokok pikiran yang akhirnya mempengaruhi koloni-koloni di Australia
Di dalam tulisannya dikeluhkan bahwa di New SouthWales seorang majikan tidak dpat hidup layaknya seorang majikan di Inggris, hal ini dikarenakan narapida saja yang diperkajan sebagai seorang pembantu dan Wakefield menawarkan jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut.
Secara garis besar teori Wakefield dapat dikemukaan menjadi dua butir yakni :
1. Tanah di koloni baru hendaknya dijual dengan harga yang cukup mahal sehingga seorang imigran pekerja tidak mudah mudah membeli sebuah bidang tanah.
Uang hasil pembelian tanah tersebut digunakan untuk biaya migrasi penduduk ke koloni tersebut dalam rangka untuk menjaga ketersedian tenaga kerja di koloni tersebut.
2. Tanah hendaknya di jual dalam partai besar dan pemabyarannya tunai lewat suatu lelang
Selain itu satu ide Wakefield yang paut dicatat adalah bahwa semua koloni harus sesegera mungkin diberikan status pemerintahan sendiri
Karena keadaan Ingris yang pada saat itu serba sulit orang-orang berpikir alangkah baiknya kalau ada kesempatan keluar dari Inggris untuk kehidupan yang lebih baik, dan pada saat yang bersamaan datanglah kabar tentang perjalanan Sturt ke daerah sungai Murray dan mengungkapakan adanya tanah yang baik di sekitar sunga Murray. Para pengikut Wakefield yang tertarik dengan berita ini menghadap pemerintah agar diperkenankan berangkat dan membuka pemukiman di daerah tersebut tetapi permintaan ini ditolak oleh pemerintah dengan alasan biaya yang dibutuhan tidak sedikit dan trauma dengan pengalaman di australi barat.
Selanjutnya perhimpunan Australia selatan dibentuk dan melakukan pendekatan-pendekatan terhadap pemerintah dan pada tahun 1834 parlemen mengeluarkan undang-undang yang memotong wilayah new south wales seluas 300.000 mil dengan tujuan untuk mendirikan koloni australia selatan, namun biaya tersebut tidak bersedia ditanggung oleh pemerintah dan biaya tersebut diusahakan oleh suatu dewan komisaris yang juga bertugas mengawasi penjualan tanah. Pemerintah Inggris tetap menghendaki agar koloni yang baru tersebut dibawahi oleh seorang gubernur jendral tetapi disini terjadi dualisme pemerintahan yakni seorang guburnur jendral dan dewan pengawasan yang secara teoritis diwakili oleh penduduk koloni tersebut
Dualisme kepemimpinan tersebut akhirnya menimbulkan masalah dan akhirnya oleh pemerintah memanggil pulang kedua pejabat tersebut dan mengangkat seorang gubernur jendral yang baru yakni colonel Gawler. Colonel Gawler akhirnya menghapuskan dualisme kekuasaan tersebut.
Ketika Gawler tiba keadaan koloni sangat buruk dan menyimpang dari teori Wakefield, megikuti teori Wakefield dewan komisaris di London berusaha untuk mencegah pembukaan perkebunan berskala besar dan berusaha menghindari kekurangan tenaga kerja dengan cara mengirimkan pekerja dan mempertahankan harga tanah bahkan menaikan harga tanah dari 12 shcilling menjadi satu poundsterling per acre.
Oleh karena harga tanah yang tinggi akhirnya terjadi penyimpang-penyimpangan sebab tanah-tanah yang merka beli dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi. Dalam keadaan yang kurang menguntungkan Gawler tetap berusaha, ia mengatur para pekerja untuk melakukan pekerjaan umum, membangun jalan, jembatan, dan dermaga dan arena Gawler tidak memiliki cukup uang untuk membayar para pekerja ia mengeluarkan janji tertulis yang berfungsi untuk menggantikan uang kertas (sering disebut IOU atau bill) akan tetapi ketika bill tersebut disampaikan kepada dewan, dewan menolak membayar dan pemerintah Inggris pun mengambil langkah yang sama.
Komisi majelis rendah melakukan penelitian terhadap pemerintahan semasa Gawler, komisi ini mengakui bahwa kondisi koloni pada saat Gawler tiba yang memaksa Gawler mengambil tindakan tersebut. Komisi ini mempersalahkan undang-undang yang mengatur pembentukan koloni tersebut dam juga memandang bahwa dewan komisaris tidak memiliki pandangan ke depan yang jelas tentang perlunya dualisme pengelolaan Asutralia Selatan. Kegagalan Gawner ini mengakhiri pengawasan dewan komisaris dan suatu undang-undang yang baru yang nerisi pembentukan suatu pemerintahan yang lebih baik undang-undang ini dikeluarkan pada tahun 1842 yang menempatkan Australia Selatan sama dengan koloni yang lain, suatu koloni yang dalam ketatanegaraan inggris biasa disebut Crorn Colony
Ketika George Grey tiba ia menerima koloni ini sudah dalam keadaan bangkrut, Grey berusaha memperbaiki keadaan koloni itu dengan tindakan yang tergolong berani misalnya mengurangi gaji pegawai dalam rangka penghematan, akan tetapi usaha yang dilakuan Grey sia-sia apabila pemerintah Inggris tidak bersedia untuk membayar semua bill pada masa pemerintahan Gawler. Atas bujukan dan janji Grey akhirnya pemerintah Inggris bersedia untuk membayar semua bill senilai 200.000 poundsterling
Setelah masalah bill terselesaikan timbulah kepercayaan dan melaksanakan anjuran-anjuran gubernur sehingga pertania mulai berkembang demikian pula dengan peternakan yang berada di sepanjang sungai Murray
Dalam usaha untuk memajukan daerah koloninya Grey tertolong karena penemuan tambang tembaga di Kapunda pada tahun 1842, kemudian ditemukan lagi tambang tembaga di Burra-Burra. Dan tambang di Burra-Burra ini sangat menguntungkan karena ketersedian sumber daya tambang yang sangat banyak sehingga perusahaan yang membayar 10.000 poundsterling berhasil maraup untung sebanyak 400.000 poundsterling dalam jangka waktu enam tahun saja.
Ketika pemerintah Inggris mengeluarkan Australian Colonies Geverment Act Australi Selatan juga turut mempersiapkan diri untuk menyusun pemerintahan sendiri. Usaha ini dimulai sejak tahun 1853, namun baru dapat berlaku secara efektif sejak tahun 1856

C. Victoria
Pada tahun 1802 kapal Lady Nelson dibawah pimpinan letnan Murray memasuki teluk Port Philip dan sejak kedatangan letnan Murray inilah wilayah ini disebut distrik Port Philip yang sebelumnya wilayah ini termasuk wilayah New South Wales. Pada tahun 1803 letnan colonel Collins ditugaskan untuk membuka daerah pemukiman baru di Sorento di teluk Port Philip.
Namun pemukiman ini hanya didiami beberapa bulan oleh colonel Collins karena tidak memenuhi syarat untuk didiami dan mereka pindah ke daerah Tazmania. Dan daerah ini tidak digubris oleh pemerintahan New South Wales selama 30 tahun.
Pada tahun 1836 mayor Mitchell dalam eksplorasinya memasuki teluk Portlantd dan ia terkejut karena daerah yang diperkiran belum terjamah ternyata sudah didiami oleh orang kulit putih yang telah mendiami daerah ini sejak tahun 1834. Mereka adalah Henty bersaudara , anak-anak Thomas Henty seorang petani yang berasal dari Sussex, Inggris, ia tertarik pindah ke Autralia karena tertarik oleh propaganda pembentukan koloni di Australia barat. Tujuan utamanya adalah untuk membangun masa depan ketujuh anaknya di atas tanah miliknya sendiri
Sebelum Henty berusaha dan menetap di teluk Portland dua orang yang berasal dari Leunceston, J.T Gellibrand dan John Batman yang telah mendengar cerita tentang Henty bersaudara mengajukan permohonan kepada gubernur Darling untuk memberi Grant sebuah bidang tanah di Westernport. Mereka bertujuan untuk membuka peternakan dan permintaan ini ditolak oleh gubernur Darling dengan alasan tidak akan mengijinkan usaha perorangan untuk membuka pemukiman di tempat usaha resmi pemerintah mengalami kegagalan.
Tahun 1834 batman bergabung dengan teman-temannya membentuk sebuah kongsi lalu mengirim sebuah ekspedisi untuk menyelidiki daerah Port Phillip. Dalam ekspedisi ini mereka berhasil memperoleh 600.000 acre lahan yang dibeli dari kepala-kepala suku penduduk asli
Selain kelompok Batman masih ada kelompok lain yang berambisi untuk membuka pemukiman baru di Portland, kelompok ini dipimpin oleh John Pascoe Fawnker. Fawnker membeli sebuah kapal yang diberi nama Enterprice kemudian melakukan penyelidikan di Portland. Batman melihat kolompok ini merupakan saingan mereka dan memperingatkan mereka karena telah melanggar atas tanah yang dimiliki oleh Batman namun persaingan ini tidak menjadi hal serius, kelompok Fawnker akhirnya menetap disuatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Melboume. Kelompok Batman dan Fawnker dianggap sebagai “squatters“ atau penghuni liar kerena pendudukan daerah Port Philip atas kemauan kolonis sendiri tanpa persetujuan dari gubernur New South Wales
Pada tahun 1835 gubernur bersama Legeslatif Council New South Wales mengeluarkan undang-undang yang menyarankan bahwa pendudukan tanah atas tanah pemerintah dengan cara bertempat tinggal dan mendirikan rumah tanpa ijin resmi dianggap melanggar peraturan tetapi peraturan ini tidak berlaku secara efektif karena para penghuni Port Phillip berada jauh dari jangkauan. Dan migrasi ke Port Phillip tidak dapat dibendung
Pemukiman di daerah Port Phillip berkembang dengan pesat, hal ini terlihat dari perkembangan industri peternakan biri-biri, akan tetapi penduduk Port Philip tidak memiliki suara di dalam pemerintahan New South Wales yang berpusat di Sydney. Penduduk Port Phillip menganggap Sydney hanya memberi kewajiban dan aturan-aturan pemilik tanah.
Penduduk Port Phillip akhirnya meminta kepada pemerintah Inggris untuk memisahkan diri dari New South Wales dan untuk menjawab tuntutan ini pemerintah inggris akhirnya merubah jumlah Legeslatif Council New South Wales menjadi 36 orang dimana lima orang anggota dipilih oleh penduduk Port Phillip sendiri dan satu orang anggota dipilih oleh rakyat di Melbourne
Rakyat Port Phillip tetap tidak puas dengan perubahan ini karena jarak Sydney dengan Port Phillip jauh dari tempat tinggal mereka selain itu kendala yang lain adalah tidak tersedianya sarana komunikasi yang dapat menghubungkan Sydney dengan Port Phillip, wakil-wakil mereka yang berada di Sydney tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya dan kehendak dari penduduk Port Phillip.
Akhirnya berdasarkan Australi Colonies Government Act distrik Port Phillip dipisahakn dari New South Wales dan berganti nama menjadi Victoria yang berdiri sendiri menjadi mandiri pada tanggal 1 Juli 1851. Victoria semakin berkembang setelah ditemukannya emas di Bendigo dan Ballarat dan akhirnya terjalin deman emas atau gold rush yang akhirnya menjadi dasar perkembangan industri di kemudian hari.

3. Dampak dari terbentuknya koloni Queensland, Australia Selatan, dan Victoria
a. Queensland
Sejak memisahkan diri dan membentuk koloni sendiri, Queensland mengalami kemajuan dalam bidang ekonomi, hal ini terjadi karena didukung oleh kekayaan alam yang melimpah. Peternakan juga mengalami kemajuan.
Selain itu terdapat penyelewengan karena dalam perkembanganya queensland membutuhkan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyokong perkebunan tebu yang biasa disebut kanakas. Kanakas sendiri adalah penduduk asli dari pulau – pulau Pasifik yang diculik untuk dijual pada pemilik perkebunan tebu untuk dijadikan pekerja.


b. Australia Selatan
Terjadinya penyimpanngan antara teori Wakefield dengan keadaan koloni yang sebenarnya. Pada masa gubernur yang pertama yaitu kapten Hindmarsh terjadi dualisme kepemimpinan yang menimbulkan banyak persoalan.
Adapun penyimpangan yang lain adalah praktek makelar tanah dimana tanah yang mereka beli tidak diolah menjadi lahan perkebunan tetapi mereka jual kembali untuk memperoleh keuntungan.

c. Victoria
Masalah utama yang dihadapi Victoria pada permulaan koloni adalah penghuni liar atau Squatters, para penghuni liar ini masuk ke teluk Portland dengan cara illegal karena tidak mendapat persetujuan dari pemerintah Inggris.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya yang melatar belakangi terbentuknya koloni Australia Selatan, Queensland dan Victoria adalah untuk membentuk sebuah koloni baru yang dijadikan sebagai tempat “pembuangan” narapidana. Selain itu karena tanah di ketiga koloni itu dianggap cocok untuk pemukiman, maka banyak dari orang yang juga pindah dan menetap di koloni-koloni tersebut.
Seiring dengan perkembangan, ketiga koloni itu dapat dikatan berjalan mulus, banyak kendala yang terjadi pada awal terbentuknya menjadi sebuah koloni. Misalnya di koloni Queensland, menghadapi permasalahan yang timbul karena penduduk bebas yang tidak diijinkan memasuki wilayah tersebut.
Koloni-koloni yang baru terbentuk itu tentu saja menimbulkan dampak, karena memang koloni ini banyak menghadapi masalah. Dampak yang ditimbulkan dengan terbentuknya koloni Australia selatan, Queensland maupun Victoria, seperti yang terjadi di Australia Selatan adalah terjadinya dualisme kepemimpinan. Sedangkan di Queensland dampaknya adalah penculikan terhadap oaring Kanakas yang dijadikan pekerjaan pada perkebunan tebu.




DAFTAR PUSTAKA

Siboro, J. 1989. Sejarah Australia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.